8 GOLONGAN MINERAL
MINERAL SILIKA,
OKSIDA, SULFIDA, SULFAT, KARBONAT, HALIDA, FOSFAT, DAN NATIVE ELEMENT
1.
MINERAL SILIKA
Hampir 90% mineral pembentuk batuan
adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan
oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir
90% dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi ). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan (metamorf).
Kebanyakan mineral-mineral silikat terbentuk ketika cairan magma mulai
mendingin.
Proses pendinginan ini dapat terjadi
dekat permukaan bumi atau jauh di bawah permukaan bukit dimana tekanan dan
temperatur lingkungannya sangat tinggi.
Lingkungan pengkristalan dan komposisi kimia dari magma sangat mempengaruhi macam
mineral yang terbentuk. Contoh, mineral olivin mengkristal pada
temperatur tinggi. Sebaliknya kuarsa mengkristal pada temperatur yang rendah.
Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan
komposisi kimianya, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
Ø Mineral
ferromagnesian adalah mineral silikat yang mengandung ion besi dan
atau magnesium di dalam struktur
mineralnya, kelompok mineral ini dicirikan oleh warnanya yang gelap dan
mempunyai berat jenis 3,2 sampai
3,6. Contoh
: olivine, hornblende, biotite.
Ø Mineral
non feromagnesian adalah mineral-mineral silikat yang tidak mengandung
ion-ion besi dan magnesium, kelompok
mineral ini dicirikan oleh warnanya yang terang dan berat jenis rata-rata
2,7. Contoh
: muskovit, feldspar, kuarsa.
A. Contoh Mineral Silika :
1).
Quartz (SiO2)
2).
Garnet (Ca, Fe, Mg, Mn) Al2(SiO4)
3).
Opal (SiO2.nH2O)
4).
Rijang (SiO2)
B. Deskripsi
Mineral
1.
Quartz (SiO2)
·
Nama Mineral : Kuarsa
·
Rumus kimia : SiO2
·
Berat Jenis : 2,65 g/cm3
·
Sistim Kristal : heksagonal
·
Kilap : kilap kaca
·
Belahan / Pecahan : tidak ada / Choncoidal
·
Warna : tak berwarna
·
Gores : putih atau
tidak bewarna
·
Tenacity : brittle / rapuh
·
Kekerasan : 7 skala mohs
·
Kemagnetan : diamagnetik
·
Persebaran di Indonesia :
Banda Aceh (provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam), sungai Asahan dan Kisaran (Provinsi Sumatera Utara), Provinsi
Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, Provinsi Banten, Provinsi
Jawa Barat, Tuban dan sepanjang pantai utara Jawa Timur, Bangkalan (Provinsi
Jawa Timur), Martapura (Provinsi Kalimantan Selatan), dan Provinsi Kalimantan
Timur.
·
Genesa : Dapat terbentuk
pada lingkungan batuan beku, pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen.
·
Kegunaan : Dipakai dalam industri
konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, keramik,
refraktori, amplas, filter, batupermata
dan optik
2.
Rijang (SiO2)
·
Nama Mineral : Rijang (SiO2)
·
Warna
: Putih Lilin / merah
·
Sistem
Kristal&Perawakan : Hexagonal & Masif
·
Kilap
:
Lilin
·
Kekerasan :
>8
·
Gores
:
putih
·
Belahan/Pecahan
:
Tidak sempurna / Choncoida
·
Berat
Jenis : 2,6 g/cm3
·
Kemagnetan
:
Diamagnetit
·
Derajat
Ketransparanan :
Opaque Mineral
·
Sifat
khas :
Kilap lilin
·
Genesa :
Ø Perlapisan rijang tersusun oleh sisa
organisme penghasil silika seperti diatom dan radiolaria. Endapan tersebut
dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik
yang terakumulasi pada dasar lautan yang dalam.
Ø Saat organisme tersebut mati, cangkang
mereka diendapkan perlahan di dasar laut dalam yang kemudian mengalami
akumulasi yang masih saling lepas. Material-material tersebut diendapkan jauh
dari busur daratan hingga area dasar samudra.
Ø Berberapa perlapisan rijang belum tentu
berasal dari bahan organik. Bisa saja berasal dari presipitasi silika yang
berasal dari dapur magma yang sama pada basaltik bawah laut (lava bantal) yang
mengalami presipitasi bersamaan dengan perlapisan rijang.
·
Kegunaan :
Ø Sejak Zaman Batu, rijang banyak
dipergunakan untuk membuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak
panah, pisau, kapak, dll. Digunakan juga sebagai
indikator untuk laut dalam (abyssal).
·
Persebaran di
Indonesia : Rijang yang tersebar
di Karang sambung,
Kebumen, Jawa Tengah. Bukit Sipako, Rijang juga ditemukan di Pacitan, Jawa
Timur. Sungai Luk Ulo, Kali Cacaban.
2. MINERAL
OKSIDA
Mineral oksida adalah kelas mineral yang
agak beragam. Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Banyak oksida berwarna hitam tetapi yang lain bisa sangat
berwarna-warni. Keragaman oksida diakibatkan oleh kelimpahan oksigen di kerak
bumi. Oksida mengandung ikatan ionik tertentu yang bisa dijadikan patokan untuk
membedakan golongan mineral oksida dengan kelompok mineral lain di alam. Secara
umum mineral oksida selalu berkesinambungan dengan mineral hidroksida. Unsur
yang paling utama dalam golongan oksida adalah besi, mangan , timah dan
alumunium. Beberapa mineral oksida yang paling umum
adalah hematit (Fe2O3) , kassiterit (SnO2) dan
corundum (Al2O3).
A. Contoh Mineral Oksida
1). Korondum (Al2O3)
2). Ilmenite (FeTiO3)
3). Magnetite (Fe3O4)
B. Deskripsi Mineral
1.
Magnetite
·
Nama Mineral :
Magnetite (Fe3O4)
·
Warna :
Hitam keabu-abuan
·
Sistem Kristal dan perawakan : Reguler & Masif
·
Kilap : Logam
·
Kekerasan : 5-6 skala mohs
·
Gores : Coklat Kemerahan
·
Belahan / Pecahan : None
·
Tenacity : Brittle
·
Berat Jenis :
5,2 gr/cm3
·
Kemagnetan : Paramagnetit jika dipanaskan
·
Derajat Ketransparanan : Subtansluncent
hingga Opaque
·
Sifat Khas : Bentuknya seperti Besi
·
Genesa :
Mineral ini terbentuk dari hasil sublimasi dalam hubungannya dengan gunung api. Terjadi juga dalam endapan metamorfosa kontak dan sebagai mineral tambahan dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 800˚C - 900˚C, maka mineral ini mempunyai bentuk yang sempurna dan idiomrf. Dijumpai pada batuan beku granit dan batu pasir merah sebagai penyemen. Berasosiasi dengan zircon, hematit dan pyrite.
Mineral ini terbentuk dari hasil sublimasi dalam hubungannya dengan gunung api. Terjadi juga dalam endapan metamorfosa kontak dan sebagai mineral tambahan dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 800˚C - 900˚C, maka mineral ini mempunyai bentuk yang sempurna dan idiomrf. Dijumpai pada batuan beku granit dan batu pasir merah sebagai penyemen. Berasosiasi dengan zircon, hematit dan pyrite.
Endapan ini juga biasanya dijumpai pada
daerah kontinen dimana terjadi pada daerah supergen endrichment. Dimana daerah
tersebut berada pada Oxidezet zone dan reduxed zone. Dimana pada saat magma
tersebut naik dan melebihi dari batas water table maka akan teroksidasi yang
dapat membentuk mineral tersebut. Pada saat mengalami oksidasi Endapan ini
terangkat permukaan bumi akibat adanya gaya tektonik yang dapat berupa
perlipatann atau pensesaran ataupun injeksi magma menuju kepermukaan
dikarenakan adanya unsur volatil sebagai motor penggerak. Dan hasil dari proses
oksidasi ini yang akan muncul kepermukaan sedangkan hasil dari reduksi akan
mengendap kebawah permukaan water table. Endapan yang ada dipermukaan bumi
mengalami oksidasi dengan adanya pencampuran ion oksigen dengan unsur Fe, atau
Mg, dan karna unsur ini saling mengikat sehingga terjadi persenyawaan, yang
kemudian sisa-sisa unsur yang dulunya bersamaan dengan Fe atau Mg itu memisah
sehingga terjadi pembentukan persenyawaan baru misanya Fe, O dan H. Atau pembentukan endapan ini setelah
terputusnya batuan karbonat dibawah lingkungan tropis dan subtropis. Proses
oksidasi ini berasal dari pada mineral pyrite yang mengalami oksidasi
menghasilkan endapan ini, dimana oksidasi dari mineral pyirite ini dapat
tergambarkan lewat rangkaian proses kimia sebagai berikut:
2FeS2 + 7.5 O2 + 4 H2O → Fe2O3 + 4 H2SO4.
Atau:
2Fe+2 + 0.5 O2 + 2H2O → Fe2O3 + 4H-
2Fe+2 + 0.5 O2 + 2H2O → Fe2O3 + 4H-
Selanjutnya
karna unsur-unsur logam itu berat dan oleh karna gravitasi bumi maka
persenyawaan (mineral) tersebut mengalami pemindahan baik oleh gravitasi maupun
air tanah yang kemudian terendapkan atau terakumulasi pada ceukungan-cekungan
dipermukaan bumi berupa sungai, tepatnya disepanjang aliran sungai atau pada
chanel bar dan piont bar, selanjutnya karna konsentrasi yang sudah besar maka
material-material ini akan mengalami kompaksi sehingga membentuk endapan
hematit. Metode eksplorasi yang digunakan untuk mengeksplorasi endapan ini
yaitu dengan menggunakan metode test pit dan trenching. Magnetit merupakan
salah satu mineral ekonomis dimana hematit biasanya digunakan dalam industri
logam berat seperti besi dan baja.
·
Persebaran : Sumatera Barat, Jambi,
Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
·
Kegunaan :
Digunakan dalam industri
logam berat seperti besi dan baja.
2.
Hematite (Fe2O3)
·
Sisitem
Kristal
: Hexagonal
·
Warna : Abu-abu
baja, atau coklat kemerahan sampai hitam
·
Goresan :
Merah atau coklat kemerahan
·
Kilap : Kilap Logam
·
Cleveage &
Fracture : Tidak
ada dan tidak rata
·
Kekerasan :
5,5 – 6,5
·
Massa
jenis : 5,26 g/cm3
·
Genesa : Dapat
terbentuk pada lingkungan batuan beku ,hidrotermal temperature tinggi dan
metamorfisme kontak , juga bisa dalam lingkungan sedimen.
·
Kegunaan : Sumber logam
besi , sebagai bubuk pigment, bubu pengkilap dan dapat dibuat batu
permata karena kristalnya yang berwarna hitam.
·
Tempat
ditemukan :
Ciater , Jawa Barat.
3. MINERAL
SULFIDA
Kelompok sulfida merupakan kombinasi
antara logam atau semilogam dengan belerang (S). Biasanya terbentuk disekitar
wilayah gunung api yang memiliki sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma kemudian terkontaminasi
oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan
mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat
pembentukan yang terkait dengan hidrotermal. Mineral kelas sulfida ini juga termasuk
mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Oleh karena itu, mineral-mineral
sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Beberapa penciri kelas
mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam,
massa jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah.
A. CONTOH
MINERAL SULFIDA :
1). Argentite (Ag2S),
2). Kalkosit (Cu2S) ,
3). Bornite (Cu3FeS4) ,
4). Pyrite (FeS3) ,
5). Chalcocite (Cu2S),
6). Galena (PbS),
7). Sphalerite (ZnS),
8). Proustite (Ag3AsS3).
B. Deskripsi
Mineral
1.
Sparelit
·
Warna : Hitam, coklat, kuning, kemerahan, hijau, dan putih.
·
Derajat Ketransparanan : Transparan sampai
translucent.
·
Sistem Kristal : Dodecahedron belah ketupat, tetrahedron dan kombinasi
dari wajah kubik.
·
Belahan : Sempurna dalam enam arah membentuk dodecahedrons.
·
Kekerasan : 3,5 – 4 skala mohs
·
Berat Jenis : 4,0 (lebih
berat dari rata-rata, tapi cahaya bila dibandingkan
dengan mineral yang paling logam)
·
Gores : Berwarna kuning hingga
coklat muda (biasa berwarna
terang untuk mineralbiasanya gelap).
·
Associated Mineral : Selalu menyertakan galena, pirit, fluorit, kalkopirit, kuarsa, kalsit, magnetit, pirhotit dan
banyak lainnya.
·
Persebaran : Tri dekat Joplin, Missouri, Rosiclare,Illinois, Elmwood, Tennessee,USA, BrokenHill, Australia, Italia, Spanyol,Burma, Peru, Maroko, Jerman
dan Inggris. Di Indonesia: terdapat di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat. Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
2.
Pirit (FeS2)
·
Sistem Kristal : Kubik
·
Warna
: Kuning terang muda
·
Goresan
: Hitam Kehijauan
·
Cleveage : Tidak ada
·
Fracture
: Concoidal
·
Kekerasan : 6 – 6,5 Skala Mohs
·
Berat
jenis
: 5,1 g/cm3
·
Genesa
: Hasil sampingan suatu endapan hidrotermal ataupun sebagai
asesoris dalam beberapa jenis batuan
·
Kegunaan : Untuk produksi dioksida belerang, untuk industri kertas, dan di dalam
pembuatan asam belerang
·
Persebaran : Pulau
Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua.
4. MINERAL SULFAT
Mineral
sulfat adalah salah satu dari grup mineral non silikat dan memiliki kation
sulfur yang berikatan dengan 4 anion oksigen membentuk (SO42-).
Mineral sulfat adalah kombinasi dari logam atau semi logam dengan anion sulfat
tersebut membentuk mineral sulfat. Pembentukan mineral sulfat biasanya
terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, contohnya
adalah danau / pesisir, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat
dan halida berinteraksi. Beberapa mineral sulfat dapat terlarut dalam air dan
beberapa ada yang dapat berpendar.
Mineral
sulfat jenisnya ada lebih dari 200 jenis dan merupakan mineral yang langka.
Beberapa mineral yang sering ditemukan yaitu Anhydrite (CaSO4), Barite
(BaSO4), Celestite (SrSO4), dan
Gypsum (CaSO4.2H20).
Perbedaan yang membedakan satu mineral dan mineral lainnya terletak pada
lingkungan pembentukannya.
Kegunaan
mineral sulfat antara lain, mineral Anhydrite diperlukan untuk menghasilkan
asam sulfur, dengan kandungan belerangnya, serta salah satu bahan baku kertas
dan batu hias karena kenampakannya yang indah. Mineral Barite merupakan mineral
bijih yang paling utama bagi Barium. Selain itu, juga sebagai bahan tambahan
penting untuk lumpur pengeboran minyak bumi. Barite sering digunakan sebagai
bahan tambahan untuk pembuatan kertas dan karet serta bahan pewarna karena
warnanya yang putih. Lalu mineral Celestite adalah sumber utama untuk
mendapatkan logam Strontium dan garamnya juga biasa digunakan sebagai bahan
utama pembuatan kembang api karena dapat menghasilkan api yang berwarna merah
terang. Dalam industri, Celestite digunakan sebagai bahan campuran karet, cat,
serta elemen baterai. Pada varietas yang tidak berwarna dan transparan, dapat
menjadi bahan kaca serta keramik (varietas yang berkilau). Dan mineral Gypsum
yang biasanya digunakan sebagai perekat pada bangunan-bangunan kuno serta bahan
campuran dalam semen. Selain itu, juga dijadikan ornamen, baik untuk pahatan
maupun dilebur lalu dicetak menjadi ornamen interior dalam bangunan,
termasuk eternit.
A. Contoh Mineral Sulfat
1). Barite (BaSO4)
2). Anhydrite (CaSO4)
3). Gypsum (CaSO4.2H2O)
B. Deskripsi Mineral
1). Barite (BaSO4)
Nama Mineral
|
Barite
|
Rumus Kimia
|
BaSO4
|
Berat Jenis
|
4,5 g/cm3
|
Sistem Kristal
|
Orthorombic
|
Kilap
|
Kilap Mutiara
|
Belahan / Pecahan
|
Sempurna/
Chonocoidal
|
Warna
|
Putih, Kuning muda
|
Gores
|
Putih
|
Tenacity
|
Brittle
|
Kekerasan
|
2,5 – 3,5 Skala
Mohs
|
Kemagnetan
|
Diamagnetik
|
Persebaran
|
Flores timur,
Tasikmalaya - Jawa Barat, Kulonprogo, Tanah Toraja, Kanada, Meksiko.
|
Genesa
|
Terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar
airnya, contohnya adalah danau / pesisir, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
|
Kegunaan
|
Sebagai bahan
tambahan untuk pembuatan kertas dan karet, serta bahan pewarna karena
warnanya yang putih.
|
2). Gypsum (CaSO4.2H2O)
Nama Mineral
|
Gypsum
|
Rumus Kimia
|
CaSO4.2H2O
|
Berat Jenis
|
2,3 g/cm3
|
Sistem Kristal
|
Monoklin
|
Kilap
|
Non Logam
|
Belahan / Pecahan
|
Sempurna /
Chonocoidal
|
Warna
|
Putih
|
Gores
|
Putih
|
Tenacity
|
Brittle
|
Kekerasan
|
2 Skala Mohs
|
Kemagnetan
|
Diamagnetik
|
Persebaran
|
Cirebon – Jawa
barat
|
Genesa
|
Terbentuk
melalui pengendapan langsung dari air garam / merupakan hasil hidrasi /
alterasi anhidrit selama proses diagenesa.
|
Kegunaan
|
Sebagai penambah
kekerasan pada bahan bangunan, untuk bahan baku kapur tulis, campuran bahan
pembuatan lapangan tenis.
|
5. MINERAL KARBONAT
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2- ,
dan disebut karbonat. Seumpama persenyawaan Ca dinamakan kalsium karbonat CaCO3 dikenal
sebagai menirel kalsit. Merupakan mineral utama pembentuk batuan sedimen.
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan
bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitik dan pada daerah
karst yang membentuk gua , stalaktit dan stalagmit. Dalam kelas carbonat ini
juga termasuk nitrat dan borat.
Karbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara
logam atau semilogam dengan anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut.
Beberapa contoh mineral yang termasuk dalam kelompok karbonat adalah
dolomite (CaMg(CO3)2 , calcite (CaCO3) dan
magnesite (MgCO3).
A.
Contoh
Mineral Karbonat
1). Dolomit (CaMg(CO3)2
2). Kalsit (CaCO3)
3). Magnesite (MgCO3)
1). Dolomit (CaMg(CO3)2
2). Kalsit (CaCO3)
3). Magnesite (MgCO3)
B.
Deskripsi
Mineral
1). Kalsit (CaCO3)
1). Kalsit (CaCO3)
Nama Mineral
|
Kalsit
|
Rumus Kimia
|
CaCO3
|
Berat Jenis
|
2,71 g/cm3
|
Sistem Kristal
|
Trigonal
|
Kilap
|
Kilap Non logam
|
Belahan / Pecahan
|
Sempurna /
Choncoidal
|
Warna
|
Putih, bening,
transparan
|
Gores
|
Putih
|
Tenacity
|
Brittle
|
Kekerasan
|
3 Skala Mohs
|
Kemagnetan
|
Diamagnetik
|
Persebaran
|
Kliripan-Yogyakarta,
Sumatra Utara, Sulawesi, Jawa Tengah
|
Genesa
|
Terbentuk
di lingkungan laut dan diendapkan oleh bangkai plankton, dan terbentuk pada
daerah evaporitic dan pada daerah karst.
|
Kegunaan
|
Untuk membuat semen, dan juga dapat sebagai bahan
konstruksi bangunan. Kalsit juga banyak digunakan sebagai pupuk, bahan
tahan api, dan produksi kertas.
|
2).
Dolomit (CaMg(CO3)2
Nama Mineral
|
Dolomit
|
Rumus Kimia
|
CaMg(CO3)2
|
Berat Jenis
|
2,85 g/cm3
|
Sistem Kristal
|
Hexagonal
|
Kilap
|
Kilap Mutiara,
Kilap kaca
|
Belahan / Pecahan
|
Sempurna /
Choncoidal
|
Warna
|
Putih
|
Gores
|
Putih
|
Tenacity
|
Brittle
|
Kekerasan
|
3,5 – 4 Skala
Mohs
|
Kemagnetan
|
Diamagnetik
|
Persebaran
|
Tuban dan Jawa
Timur,
|
Genesa
|
Terbentuk
di lingkungan laut dan diendapkan oleh bangkai plankton, dan terbentuk pada
daerah evaporitic dan pada daerah karst.
|
Kegunaan
|
Sebagai sumber logam magnesium
dan senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk membuat batu bara
tahan api, berguna juga untuk pembuatan pupuk dan kertas
|
6.
MINERAL
HALIDA / KLORIDA
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen elektronegatif seperti : F- , Cl- , Br- dan I- . Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah ( < 5 ). Contoh mineralnya adalah Fluorit (CaF2) , Halit (NaCl) , Silvit (KCl) , dan Kriolit (Na3AlF6).
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen elektronegatif seperti : F- , Cl- , Br- dan I- . Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah ( < 5 ). Contoh mineralnya adalah Fluorit (CaF2) , Halit (NaCl) , Silvit (KCl) , dan Kriolit (Na3AlF6).
Halida adalah kelompok mineral yang
memiliki anion dasar halogen. Halogen adalah kelompok khusus dari
unsur-unsur yang biasanya memiliki muatan negatif ketika tergabung dalam satu
ikatan kimia. Halogen yang biasanya ditemukan di alam adalah Fluorine,
Chlorine, Iodine dan Bromine. Halida cenderung memiliki struktur yang rapid an
simetri yang baik. Hanya
ada beberapa mineral halida secara umum. Mineral halida memiliki ciri khaslembut, terkadang
transparan, umumnya tidak terlalu padat, memiliki belahan yang baik, dan sering
memiliki warna-warna cerah.
A. Contoh Mineral Halida
1). Fluorit (CaF2)
2). Halite (NaCl)
2). Halite (NaCl)
B. Deskripsi Mineral
1).
Fluorit
(CaF2)
Nama Mineral
|
Flourite
|
Rumus Kimia
|
CaF2
|
Berat Jenis
|
3,18 g/cm3
|
Sistem Kristal
|
Isometrik
|
Kilap
|
Kilap kaca
|
Belahan / Pecahan
|
Sempurna / Spintery
|
Warna
|
Sangat bervariasi, dapat tak
berwarna, biru, ungu, hijau, kuning
|
Gores
|
Putih
|
Tenacity
|
Brittle
|
Kekerasan
|
4 Skala Mohs
|
Kemagnetan
|
Diamagnetik
|
Persebaran
|
Garut, Jawa Barat
|
Genesa
|
Terbentuk
melalui proses hidrotermal dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagai mineral
utama maupun sebagai mineral gang bersama mineral - mineral bijih
metalik khususnya timbal dan perak. Dapat pula terbentuk pada lingkungan
batuan beku & pegmatite. Berasosiasi dengan beberapa mineral seperti
kalsit, dolomite, gypsum, selestit, barit, dan apatit.
|
Kegunaan
|
Dipakai dalam
industri kimia, peleburan besi baja, gelas, serat kaca, dan tembikar.
|
2).
Halite (NaCl)
Nama Mineral
|
Halite
|
Rumus Kimia
|
NaCl
|
Berat Jenis
|
2,1 – 2,3 g/cm3
|
Sistem Kristal
|
Isometrik
|
Kilap
|
Kilap Kaca
|
Belahan / Pecahan
|
Sempurna /
Choncoidal
|
Warna
|
Bening
|
Gores
|
Putih
|
Tenacity
|
Brittle
|
Kekerasan
|
2,5 Skala Mohs
|
Kemagnetan
|
Diamagnetik
|
Persebaran
|
Bima, Nusa
Tenggara Barat
|
Genesa
|
Terbentuk
karena proses eksogen melalui pengeringan danau yang mengandung
garam atau tempat lain yang mengandung air garam atau terbentuk
dari hasil presipitasi air laut secara primer/langsung dengan temperature
sekitar 100oC. Juga merupakan hasil presipitasi pada endapan
sedimen seperti lempung. Berasosisasi dengan Anhidrit, Sylvenit,
Carnalit, dan Gypsum.
|
Kegunaan
|
Sebagai pembuatan asam Hidrofluorik , ramuan obat diet ,
dan bahan optik.
|
7. MINERAL FOSFAT
Mineral fosfat umumnya dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
- Fosfat Primer
- Fosfat Sedimenter
- Fosfat Guano
Fosfat primer terbentuk dari hasil pembekuan magma alkali yang bersusunan nafelin, syenit, dan, takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama flour apatit {Ca5(PO4)3F} dalam keadaan murni mengandung 42% P2 O5 dan 3,8% F2
Fosfat Sedimenter (marine), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang
Fosfat Guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. contoh : Phospate guano
8. MINERAL NATIVE ELEMENT
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari dua bagian umum.
- Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga
- Semimetal dan non metal (non logam). Contohnya bismuth dan sulfur
Sistem kristal pada native element dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak, dan tembaga, maka sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem kristalnya adalah hexagonal. Apabila unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphit sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6. Sulfur (S), Intan (C), Grafit (C).
Penjelasan lebih detil mengenai sistem kristal mineral - mineral diatas, bisa dilihat dengan cara klik link dibawah ini :
==>>> 7 SISTEM KRISTAL
==>>> DOWNLOAD EBOOK&JURNAL
DAFTAR ISI BLOG INI
==>>> DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku petunjuk praktikum), Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik Geologi UPN "Veteran" Yogyakarta
Comments
Post a Comment